Beranda | Artikel
Kemarahan Mendatangkan Penyesalan
Rabu, 20 April 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Kemarahan Mendatangkan Penyesalan merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mendidik Anak Tanpa Amarah. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 17 Ramadhan 1443 H / 19 April 2022 M.

Kemarahan Mendatangkan Penyesalan

Mungkin kita pernah terlanjur marah kepada anak. Kemudian setelah itu kita justru menyesalinya dan berkata dalam hati “Andaikata tadi saya tidak marah, tentunya lebih baik.” Ini menunjukkan keburukan dari amarah. Karena hasilnya adalah penyesalah. Yang biasanya penyesalan adalah sesuatu yang sebenarnya tidak kita inginkan.

Kita sudah menyesalinya, tapi hal itu terus berulang. Maka tentunya kita harus menyadari bahwa amarah hanya mendatangkan kerugian. Beberapa kerugian yang disebabkan amarah adalah:

1. Amarah menghilangkan kasih sayang

Ketika kita melampiaskan amarah, maka secara otomatis kita telah menghilangkan kasih sayang. Dua hal yang tidak bisa bertemu, yaitu antara amarah dan kasih sayang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata dalam hadits qudsi:

إنَّ رَحْمَتي سَبَقَتْ غَضَبِي

“Sesungguhnya rahmatKu mendahului kemarahanKu.” (HR. Bukhari)

Artinya Allah lebih banyak memaafkan hamba-hambaNya daripada menghukum mereka dengan murkaNya. Kalaulah dosa-dosa yang kita lakukan itu berhak mendapatkan kemarahan Allah, maka tidak ada satupun makhluk yang layak hidup.

Maka ketika kita melampiaskan amarah kepada anak, secara otomatis kasih sayang juga terangkat. Tentunya ini adalah kerugian bagi anak yang membutuhkan kasih sayang dari orang tua. Maka berilah kasih sayang, jangan disodori dengan kemarahan dan kemarahan yang membuat dia akan lari.

2. Marah akan menghilangkan kebijaksanaan

Orang yang marah tidak bisa bersikap bijaksana. Seiring dengan lepasnya kendali akal, maka dia tidak bisa menimbang mana yang masalah dan mudharat, mana yang membawa kerugian dan mana yang membawa keuntungan. Dia berbuat sesuatu yang sebenarnya tidak ingin dia lakukan. Tapi dia melakukan itu karena marah.

Kalau kita lihat kekerasan-kekerasan fisik yang dilakukan oleh para orang tua kepada anak-anak, itu berawal dari amarah. Mungkin secara akumulasi memuncak menjadi tindak kekerasan secara fisik. Maka anak itu dipukul, diusir, dikurung, diikat. Tidak sedikit kasus-kasus ini berujung kepada kehilangan nyawa.

Semua berawal dari marah yang terus dilampiaskan. Kalau tidak dihentikan maka marah itu terus berlanjut. Hal ini karena setan mudah membisiki orang yang marah. Sebab pertimbangan akal sehatnya hilang.

Maka dari itu di dalam syariat kita talak tidak jatuh pada saat marah. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

لَا طَلَاقَ فِي إِغْلَاقٍ

“Tidak ada talak pada saat marah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah)

Di dalam bab mendidik, coba lihat orang tua yang kehilangan kendali ketika marah. Hingga akhirnya mengucapkan kata-kata yang sebenarnya tidak ingin dia ucapkan terhadap anaknya. Kemudian dia usir anaknya, setelah anaknya pergi dia yang kebingungan. Dia pukul anaknya, setelah anaknya semaput dia yang menyesal.

Dia melakukan itu semua karena marah sehingga kehilangan pertimbangan akal sehat.

3. Marah menghilangkan kesantunan

Orang yang marah tidak bisa santun. Coba lihat di jalan raya orang-orang yang tersulut emosi. Kata-katanya, sikapnya, perilakunya, tidak ada kesantunan dan kelembutan dari dirinya. Kalau sudah begini tentunya orang akan lari. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

“Jika kamu kasar dan keras hati, orang-orang akan lari dari sisimu.” (QS. Ali-Imran[3]: 159)

Kemarahan akan mengakibatkan kekasaran, sikap keras, komentar-komentar yang pedas, ini membuat anak justru lari seperti yang disebutkan dalam ayat tadi.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ما كان الرفق في شيء إلا زانه، ولا نُزِعَ من شيء إلا شانه

“Tidaklah kelemahlembutan itu ada pada sesuatu akan membuatnya menjadi lebih baik, dan tidaklah terangkat dari sesuatu melainkan akan membuatnya buruk.” (HR. Ibnu Hibban)

Itu yang terjadi ketika seseorang memarahi anaknya. Rata-rata kehilangan kendali (ini kerugian kedua tadi), kemudian hilangnya kesantunan dan kelemah-lembutan. Ketika kelembutan dan kesantunan itu tidak ada, maka orang-orang dari sisimu, termasuk anak kita. Dia akan menjauh dan menjaga jarak dari orang tuanya.

Ini adalah satu kerugian ketika anak menjauh dari kita. Bagaimana kita bisa mengetahui keadaannya? Bagaimana kita bisa melakukan pendekatan kepadanya?

Apalagi akibat buruk dari kemarahan? Bagaimana kajian lengkap tentang Kemarahan Mendatangkan Penyesalan? Mari download dan simak mp3 kajiannya.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51659-kemarahan-mendatangkan-penyesalan/